Tarian Rajutan Nusantara Ramaikan Penutupan PENAS Sumber Berita : Bidang Kemitraan Usaha dan Jaringan Informasi Agribisnis |
TENGGARONG � Tarian massal bertajuk "Merajut Nusantara" siap meriahkan upacara penutupan Pekan Nasional (Penas) XIII Petani Nelayan, Kamis (23/6) hari ini, di Stadion Aji Imbut, Tenggarong Seberang, Kaltim. Upacara penutupan perhelatan akbar Penas rencananya dilakukan oleh Menteri Pertanian, H Suswono, dengan berbagai atraksi kesenian. Direktur Komunitas Seni Budaya Seraong Kaltim, H Misra Budiarto AX, mengungkap tentang tarian missal itu di sela-sela persiapan terakhir anak asuhnya, kemarin. Ia menyebut, tarian Merajut Nusantara sebagai ungkapan penghargaan terhadap kaum petani nelayan yang berperan besar terhadap pembangunan bangsa dan negara ini. �Sedianya tarian missal ini ditampilkan pada acara pembukaan lalu. Namun karena tarian ini dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berhalangasn hadir, maka ditampilkan pada upacara penutupan,� ujar Misra seraya menjelaskan tarian ini lebih menggambarkan kehidupan petani dan nelayan. Ia melukiskan, tarian Merajut Nusantara tidak menonjolkan salah satu etnis. Artinya, kalau sudah bicara soal nusantara berarti harus menggambarkan multi etnis. �Meski Kaltim � khususnya Kutai Kartanegara � sebagai tuan rumah, kami tidak hanya menonjolkan etnis Kutai atau Dayak semata,� timpalnya. Ia mengaku menyiapkan tarian ini sejak awal Februari lalu berupa pelatihan terhadap 18 calon pelatih yang kemudian melatih para penari pendukung. Penarinya sendiri 500 orang. Terdiri bermacam-macam kelompok, group, sanggar seni, dan paguyuban, termasuk pelajar dan mahasiswa asal Kabupaten Kukar. Penari yang terlibat bukan penari professional, kecuali penari dadakan yang lulus pada tahapan seleksi penjaringan penari pendukung. �Ada kriteria utama yang kami terapkan dalam penjaringan, yakni dengan klasifikasi tinggi badan (155- 160 cm) bagi laki-laki dan perempuan. Setelah itu melihat gerakan tarinya, tapi yang paling mendasar adalah mental para penari karena mereka kan dasarnya (basic) bukan penari. Karena itu, gerakan menjadi nomor sekianlah selain mental yang menjadi dasar kriteria penilaian,� urainya. Menurut Misra, upaya menyiapkan tarian massal yang hendak dipersembahkan kepada Mentan Suswono dan istri, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Gubernur Kaltim Awasng Faroek Ishak, Bupati Kukar Rita Widyasari dan puluhan ribu petani nelayan se Indonesia ini termasuk paling lama sepanjang sejarah menjadi koreografer (pengarah gaya). Ia hanya ia mengatur komposisi pengemasannya saja, sedang gerakan mereka mempunyai gerakan dan musik masing-masing. Proses latihan persiapan ini sendiri tidak menemui kendala berarti, kecuali kurangnya koordinasi dengan panitia terkait peletakan tenda di tengah lapangan. Sebab, menurut dia, sebelumnya telah diatur sedemikian rupa letak penari dan alat peraga, sehingga mungkin akan sedikit menghambat dengan keberdaan tenda . �Inilah tantangan kami. Kami harus melakukan antisipasi agar tarian massal ini sukses, karena kita menjadi tuan rumah perhelatan akbar skala nasional ini,� ujarnya. Contohnya saat pembukaan. Dia menyebut, biarpun koreografernya profesional tentu akan kesulitan mengatur. �Kalau festival tari kemungkinan itu akan didiskulaifikasi karena penonton diberi bokong (membelakangi peserta).� Pesan yang ingin disampaikan melalui tarian massal ini adalah menggambarkan potensi Kaltim secara umum dan Kukar secara khusus. � Besok (hari ini) kami akan turut menampilkan ilustrasi tanaman padi sebanyak 3.000 buah sebagai pendukung, seolah-olah akan terlihat seperti hamparan sawah. Inilah yang akan diangkat dari sisi pertaniannya,� pungkasnya sambil berlalu. (arf-dil/diskominfo). |
Kamis, 30 Juni 2011
Acara Penutupan PENAS XIII
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar