SELAMAT DATANG DI WEBSITE CYBER EXTENSION BADAN PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN (BPKP) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Kamis, 30 Juni 2011

Acara Penutupan PENAS XIII

Tarian Rajutan Nusantara Ramaikan Penutupan PENAS  
Sumber Berita : Bidang Kemitraan Usaha dan Jaringan Informasi Agribisnis


TENGGARONG � Tarian massal bertajuk 
"Merajut Nusantara" siap meriahkan 
upacara penutupan Pekan Nasional 
(Penas) XIII Petani Nelayan,  Kamis  
(23/6) hari ini,  di Stadion Aji Imbut, 
Tenggarong Seberang,  Kaltim.    
Upacara penutupan perhelatan akbar Penas rencananya dilakukan oleh  
Menteri Pertanian, H Suswono,  dengan berbagai atraksi kesenian.

Direktur Komunitas Seni Budaya Seraong Kaltim, H Misra Budiarto AX, 
mengungkap  tentang tarian missal  itu  di sela-sela persiapan terakhir 
anak asuhnya, kemarin.  Ia menyebut,  tarian  Merajut Nusantara  sebagai 
 ungkapan penghargaan terhadap  kaum petani  nelayan yang  berperan 
besar  terhadap pembangunan  bangsa dan negara ini.
�Sedianya tarian missal ini ditampilkan pada acara pembukaan lalu.   
Namun  karena tarian ini  dipersiapkan untuk menyambut kedatangan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berhalangasn hadir,  
maka ditampilkan  pada upacara penutupan,�  ujar Misra seraya 
menjelaskan tarian ini lebih menggambarkan  kehidupan petani dan 
nelayan.
Ia melukiskan, tarian  Merajut Nusantara   tidak menonjolkan salah 
satu etnis.  Artinya, kalau sudah  bicara soal nusantara  berarti  harus 
menggambarkan multi etnis.     �Meski Kaltim � khususnya Kutai 
Kartanegara � sebagai tuan rumah,  kami tidak hanya menonjolkan 
etnis Kutai atau Dayak semata,�   timpalnya. Ia mengaku menyiapkan 
tarian ini sejak awal Februari lalu berupa pelatihan terhadap  18 calon 
pelatih yang  kemudian melatih  para  penari pendukung.
Penarinya sendiri  500 orang.  Terdiri  bermacam-macam kelompok, 
 group, sanggar seni, dan paguyuban, termasuk  pelajar dan mahasiswa 
asal Kabupaten Kukar.  Penari yang terlibat  bukan penari professional,  
kecuali penari dadakan yang lulus pada tahapan seleksi penjaringan 
penari pendukung.
�Ada kriteria utama yang kami terapkan dalam penjaringan, yakni  
dengan klasifikasi tinggi badan (155- 160 cm) bagi laki-laki dan perempuan. 
Setelah itu melihat gerakan tarinya, tapi  yang paling mendasar adalah 
mental para penari karena  mereka  kan  dasarnya  (basic)  bukan 
penari. Karena itu,  gerakan menjadi nomor sekianlah  selain mental  
yang menjadi dasar kriteria  penilaian,� urainya.
Menurut Misra,  upaya menyiapkan  tarian massal yang hendak  
dipersembahkan  kepada Mentan Suswono dan istri,  Menteri Kelautan 
dan Perikanan Fadel Muhammad,  Gubernur Kaltim Awasng Faroek Ishak,  
Bupati Kukar Rita Widyasari dan puluhan ribu petani nelayan se Indonesia 
ini  termasuk paling lama  sepanjang   sejarah  menjadi koreografer 
(pengarah gaya).  Ia hanya  ia mengatur komposisi   pengemasannya saja, 
sedang gerakan  mereka  mempunyai gerakan dan musik masing-masing.
Proses  latihan persiapan ini sendiri  tidak menemui kendala berarti,  kecuali  
kurangnya koordinasi dengan panitia terkait peletakan tenda di tengah lapangan.  
Sebab,  menurut  dia, sebelumnya  telah diatur sedemikian rupa letak penari 
dan alat peraga,   sehingga   mungkin akan sedikit menghambat dengan 
keberdaan tenda .  �Inilah tantangan  kami.  Kami  harus melakukan  
antisipasi agar tarian massal  ini  sukses, karena  kita  menjadi  tuan rumah 
perhelatan  akbar skala nasional ini,�  ujarnya.
Contohnya   saat pembukaan.  Dia menyebut,   biarpun koreografernya 
profesional tentu akan kesulitan mengatur. �Kalau  festival tari kemungkinan
itu akan didiskulaifikasi karena penonton diberi bokong (membelakangi peserta).�
Pesan  yang  ingin disampaikan melalui tarian massal ini adalah menggambarkan  
potensi  Kaltim   secara umum dan Kukar  secara khusus.  � Besok  (hari ini) 
kami akan turut menampilkan ilustrasi tanaman padi sebanyak 3.000 buah 
sebagai pendukung,   seolah-olah akan terlihat seperti hamparan sawah. 
Inilah yang   akan diangkat dari sisi pertaniannya,� pungkasnya sambil berlalu. 
(arf-dil/diskominfo).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar