SELAMAT DATANG DI WEBSITE CYBER EXTENSION BADAN PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN (BPKP) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Selasa, 10 Mei 2011

SL-IKLIM Kab.Sidenreng Rappang


MENYIKAPI ANOMALI IKLIM
DALAM RANGKA MENJAGA KETAHANAN PANGAN

Perubahan iklim yang terjadi akibat fenomena pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan siklus hidrologi. Di indonesia, dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan saat ini semakin kurangnya musim kemarau dan intensitas banjir yang semakin tinggi di musim hujan. Memang penyimpangan iklim secara ekstrim pada saat ini tidak hanya terjadi di indonesia, akan tetapi juga melanda di belahan dunia lain.
Dalam upaya produksi produk pertanian peranan iklim tidak dapat di kesampingkan, peran iklim bisa sangat menentukan. Perubahan iklim yang terjadi belakangan ini menjadi momok tersendiri bagi petani, tidak terkecuali petani yang ada di Sidenreng Rappang.
Perubahan iklim yang ekstrim ini ditandai dengan adanya pergeseran waktu dan curah hujan lain dari biasanya. Curah hujan rendah (Musim Kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April – September mengalami perubahan yang sangat signifikan. Curah hujan yang biasanya hanya berkisar antara 1000 - 1200 mm, berubah menjadi 2304 mm/tahun (BPP Model Sereang, 2010). Keadaan ini hampir sama dengan musim tahun 2008 yang curah hujannya menyentuh angka 2046 mm/tahun.

Ketidak teraturan siklus iklim, penyimpangan suasana musim dan iklim yang terjadi di indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi penyebab terjadinya pergeseran suasana iklim kian tidak menentu. Peta iklim di indonesia biasanya dapat dipetakan dengan tepat agar kondisi tanaman itu dapat dikelola dengan baik. Jika kondisi iklim setiap wilayah bisa diketahui, akan lebih mudah merancang strategi pengembangan produk pertanian, termasuk di dalamnya komoditi unggulan masing-masing wilayah. Akan tetapi, adanya bencana alam seperti kekeringan, banjir dan serangan hama pada pertanaman petani mengakibatkan hasil panen tidak optimal sehingga berdampak pada merosotnya produksi hasil pertanian.

ASAL MUASAL ANOMALI IKLIM
Pemanasan global, efek rumah kaca, polusi udara, penebangan pohon yang tidak terkendali adalah sebahagian dari sekian banyaknya aktifitas manusia yang merupakan penyumbang akan terjadinya perubahan iklim dunia. Perubahan iklim ini mengakibatkan suhu lingkungan menjadi meningkat, curah hujan yang tinggi atau kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan kesuburan tanah. Anomali iklim berdampak sangat besar pada sektor pertanian dengan efek persoalan yang berbeda, tergantung pada kondisi wilayah berdasarkan geografis daerah tropis, sub tropis atau 4 (empat) musim.
Berdasarkan sejarah studi, bagian bumi yang paling terkena dampak akibat anomali iklim yang tidak menentu adalah kawasan daerah tropis. Ada berbagai macam dampak yang dapat dirasakan tidak terkecuali pada sektor pertanian, berupa: (1) produktivitas dan kualitas daun; (2) terjadinya ledakan hama baru; (3) penyerbukan tidak sempurna, dan (3) musim tanam yang bergeser dengan ancaman resiko banjir dan kekeringan.
Daerah tropis adalah yang paling berdampak buruk baik dari segi produktivitas maupun ketahanan pangan terhadap snomali iklim karena tanaman yang ditanam di daerah tropis sangat rentan terhadap cuaca dan sekaligus sebagai makanan utama rakyat asia tenggara, asia selatan dan sebagian asia timur.
Sebagai langkah awal untuk menyikapi dan menghadapi perubahan iklim yang terjadi maka perlu diadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang diprogramkan oleh Kementan RI Tahun Anggaran 2011 kepada para petani, poktan dan gapoktan.

PERUBAHAN IKLIM YANG TIDAK MENENTU
Pemanasan global menyebabkan sebagian besar ketidak teraturan iklim yang mempengaruhi produksi pertanian, saat ini pemanasan global merupakan masalah besar dan cukup fenomenal di seluruh dunia ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan dan kesejahteraan seperti pertanian, tumbuhan, hewan dan lingkungan termasuk sosial ekonomi.
Sebuah studi mengenai beras, ditentukan bahwa kenaikan suhu sekitar 20C akan mengurangi produksi gabah dan juga mengurangi hasil panen dengan rendemen rendah. Penelitian ini juga menyatakan bahwa penurunan hasil panen di daerah tropis akan lebih besar, sebagai akibatnya akan mempengaruhi pendapatan bagi para petani di negara-negara agraris dan dampaknya terhadap sosial, aspek keaamanan ekonomi dana ketahanan pangan di daerah-daerah yang terkena anomali iklim.
Mari kita telaah satu persatu dampaknya bagi produksi kita:
A.HAMA DAN PENYAKIT
Pemantauan terhadap dinamika serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dikaitkan dengan anomali iklim sudah terlihat secara jelas OPT merupakan faktor pembatas produksi tanaman di daerah kita ini baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. OPT secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga): yakni 1. Hama; 2. Penyakit; 3. Gulma.
Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi dinamika faktor iklim sehingga tidak jarang kalau pada musim hujan petani banyak disibukkan masalah penyakit tanaman seperti, kresek dan blas pada pertanaman padi. Sedangkan pada musim kemarau banyak masalah hama seperti: penggerek batang, tikus, hama belalang dan ulat grayak.
Peningkatan iklim ekstrim yang ditandai dengan fenomena banjir dan kekeringan, perubahan pola curah hujan yang berdampak pada pergeseran musim dan pola tanam, fluktuasi suhu dan kelembaban udara semakin meningkat, mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan OPT dan berdampak buruk terhadap pertanian di daerah kita.
Sistem peringatan dini perlu dibangun, salah satu program kementerian pertanian Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) bagi petani dan poktan yang merupakan peningkatan kapasitas yang masih sangat relevan untuk dilakukan bahkan di intensifkan pada saat ini.
Efektifitas peringatan dini ini bila telah berjalan akan dapat menyelamatkan ratusan ribu hektar yang secara langsung akan mengamankan pendapatan petani, tingkat koordinasi antar lembaga antara Direktorat Perlindungan Tanaman dengan Balai Penelitian Agroklimat baik di tingkat nasional, regional dan daerah, kecamatan hingga pedesaan dengan ujung tombaknya para kelompok tani.
Penelitian dan pengembangan tentang prediksi iklim serta permodalan harus terus dilakukan untuk mendukung peningkatan akurasi prediksi serangan OPT.

B.A I R
Tampaknya sulit untuk menghindari dari dampak perubahan iklim, yang ada usaha kita mengurangi efek dari anomali iklim ini dengan cara manajemen pertanian yang baik. Air merupakan elemen penting dalam budidaya tanaman tropis, dengan adanya peningkatan suhu dunia maka akan mengurangi ketersediaan air, menurut beberapa penelitian telah terjadi pengurangan air 20%, pengurangan itu perlu diwaspadai pada tanaman padi yang 40% masa tanamnya sangat tergantung pada air. Berkurangnya air ditambah lagi dengan peningkatan suhu, hujan di terik matahari, hama penyakit mengikat mengakibatkan produktivitas padi rendah. Perlunya menggunakan teknologi penyimpanan air tanah, banyak produk-produk organik yang mampu menjaga kelembaban tanah tanpa tambahan air
C.T A N A H
Keragaan unsur hara di dalam tanah adalah kunci kesuksesan tanaman di indonesia saat ini, unsur hara dalam tanah sudah sangat rendah sehingga memerlukan pupuk kimia untuk mendorong pertumbuhan tanaman. Pertanian organik sebagian sistem produksi manajemen ekologi yang mempromosikan dan meningkatkan keragaman hayati, siklus biologis dan aktivitas biologi tanah. Hal ini didasarkan pada penggunaan input minimal kimia dan praktek pengelolaan yang memulihkan dan mempertahankan, atau meningkatkan hara dan ekologi. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas tanah, tanaman dan hewan.
Beberapa penelitian memberi hasil bahwa produksi tanaman organik membutuhkan konsumsi energi hanya 6% dibandingkan dengan untuk budidaya konvensional. Konsep pertanian organik secara global adalah meningkatkan kemampuan akan tanaman untuk beradaptasi dengan korelasi lingkungan dan membangun ketahanan alami mereka, hal ini mengurangi kebutuhan untuk eksternal seperti pestisida kimia, herbisida dan pupuk kimia sehingga produk organik lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Salah satu definisi dari keanekaragaan hayati berarti bahwa kegiatan pertanian meniru keragaman alam, seperti: (1) tumpang sari; (2) rotasi tanaman dan penanaman pendamping, keragaman tanaman diyakini bisa memberikan siklus nutrisi dalam tanah, mencegah penyakit, pengendalian erasi dan fiksasi nitrogen; (3) menggunakan pupuk kandang; (4) pengendalian hama terpadu, ini akan meningkatkan aktivitas biologi dalam tanah, mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah residu pestisida dalam tanah dan produk.
Prinsip tersebut di atas adalah metode berkelanjutan dengan metode persiapan lahan menjaga tanah asli yang menyeimbangkan kehidupan mikroorganisme tanah dalam mempertahankan kesuburan.

HADAPI ANOMALI IKLIM BERSAMA
1.Kondisi iklim di indonesia pada saat ini sulit diprediksi dan selalu berubah antara musim hujan dan musim kemarau secara drastis. Hal ini merupakan suatu tanda-tanda terjadinya perubahan iklim secara global, yang harus kita hadapi bersama. Pada daerah-daerah tertentu curah hujan turun, tingkat curahnya masih sangat tinggi perubahan iklim ini bukan hanya ditandai dengan turunnya hujan di musim kemarau di beberapa daerah, tetapi ada juga yang mengalami angin ribut dan gelombang laut yang tinggi.
2.Akibat semua itu banyak petani yang tidak memetik hasil panennya karena kebanjiran, banyak nelayan tidak dapat melaut, hal ini tentunya merugikan banyak pihak, banyak tanaman terserang hama dan penyakit seperti wereng, penyakit kerdil rumput, dan lain-lain. Karena siaganya dalam menghadapi perubahan iklim ini
3.Anomali iklim tidak dapat kita hindarkan dan tidak harus ditakuti tapi diwaspadai dan siap siaga, sehingga minimal kita dapat mempertahankan kondisi ketahanan pangan yang ada serta kita dapat berupaya lagi untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan mudah terjangkau oleh petani produsen tetap eksis dan berusaha meningkatkan kesejahteraannya. Pemanasan global telah nyata berpengaruh terhadap perubahan iklim yang ditandai dengan perubahan karakteristik musim hujan dan musim kemarau. Sehingga akan terjadi pergeseran awal musim tanam 2 (dua) sampai 4 (empat) minggu sejak lima tahun terakhir. Cara kedua akan dianjurkan menggunakan pola tanam yang diatur sedemikian rupa seperti padi-padi-palawija, cara ketiga melakukan perbaikan drainase atau irigasi oleh masyarakat secara gotong royong.

CARA MENGATASI DAMPAK ANOMALI IKLIM
Apabila menghadapi musim kemarau yang berkepanjangan maka dapat dilakukan beberapa cara antara lain: pertama, dianjurkan membuat pola tanam padi-palawija; kedua, pemanfaatan embun dengan pompanisasi; ketiga, melakukan perlakuan pada bibit atau benih yang akan ditanam berupa perendaman sehingga bibit lebih tahan terhadap kekeringan; dan keempat, memberikan asam humus dengan bahan organik tinggi pada tanah agar penyerapan air bisa lebih efektif dan dapat dilepas saat tanaman membutuhkan air.
Pesan menyikapi anomali iklim dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan melalui swasembada pangan:
1.Meningkatkan kemampuan pengembangan penelitian untuk menghasilkan benih, bibit dan teknologi budidaya yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim.
2.Menerapkan teknologi tepat guna seperti pembuatan lubang-lubang peresapan air, pemberian bio kompos dan penyesuaian teknologi organik yang dapat menstabilkan serapan air terhadap akar tanaman.
3.Usahakan penerapan pertanian organik yang ramah lingkungan dan penggunaan pestisida organik agar tidak terjadi keracunan yang berlebihan, baik pada tanah maupun tanaman.
4.Meningkatkan efektivitas sistem pengolahan dan penyebaran informasi yang berkaitan dengan onfarm.
5.Mencari informasi sebanyak mungkin mengenai perkembangan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar