SELAMAT DATANG DI WEBSITE CYBER EXTENSION BADAN PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN (BPKP) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Senin, 07 November 2011

AYAM GAGAK (Part 1) Sumberdaya Genetik Hewan (SDGH) Asli Bumi Nene’Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang yang selama ini kita kenal sebagai salah satu lumbung nasional, kini kembali menyuguhkan suatu potensi unggulannya dalam sektor peternakan, yakni Ayam Gagak alias - Ayam Ketawa     
Ayam  Gagak yang merupakan salah satu rumpun ternak yang telah ditetapkan sebagai Sumberdaya Genetik (SDG) Hewan sebagai-mana 16 Rumpun Ternak 2011 yang lain. Rumpun ternak adalah segolongan hewan dari suatu spesies yang mempunyai ciri-ciri fenotype yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya. Tentu erat diingatan kita ketika orang berbicara tentang Sapi Bali, maka pasti orang akan teringat Provinsi Bali, orang berbicara tentang Kambing Kaligesing, pasti kita akan teringat Purworejo Jawa Tengah, Ketika orang berbicara tentang Itik Alabio, pasti akan teringat Kalimantan Selatan, orang berbicara tentang Kambing Garut dan Ayam Pelung, pasti kita teringat Kabupaten Garut dan Cianjur dari Jawa Barat. Begitu pula ketika orang berbicara tentang Ayam Gagak, maka orang pasti akan mengingat Kabupaten Sidenreng Rappang.   
Ayam Gagak atau yang banyak dikenal orang dengan sebutan Ayam Ketawa karena kemampuan berkokok lain dari ayam pada umumnya, yakni mirip orang yang sedang    tertawa     memang     sudah
  menjadi brand image dan merupakan ciri khas tersendiri bagi Kabupaten Sidenreng Rapang, dan jika Anda berpikir untuk menikmatinya Anda perlu merogoh kocek dalam-dalam karena harganya yang premium sebanding dengan kualitasnya.  
Di Bumi Nene’Mallomo ayam ini dikenal dengan nama “Manu’ Geretek/Keretek” adalah sebuah potensi unggulan yang asal usulnya memang masih dipertanyakan oleh sebagian orang, berbagai versi tentang asal usul ayam gagak cukup beragam salah satunya adalah diyakini bahwa ayam  gagak berasal dari keturunan ayam hutan (Gallus varius) asli sulawesi yang telah didomestifikasi (penjinakan) dan telah mengalami persilangan beberapa kali dengan ayam buras lokal sulawesi, sehingga menghasilkan rumpun baru yang bernama ayam gagak. Dilain pihak ada yang menyebutnya rumpun baru dari ayam asli indonesia yang berasal dari bangsa ayam kedu, hal ini diasumsikan karena anatomi ayam gagak hampir mirip dengan ayam kedu (black java breed).
Ciri-ciri umum pada ayam gagak adalah dari suaranya. Suara kokok yang dihasilkan oleh ayam gagak cukup unik, mirip orang yang ketawa dan cukup panjang dengan frekuensi bunyi yang tinggi dibanding ayam kebanyakan, yakni bisa mencapai 40 kali dalam 10 menit. Bukan hanya yang jantan, ayam gagak betina juga memiliki keunikan dengan kemampuannya ber-kokok, walaupun tidak sebaik yang jantan dan hal inilah yang membedakan keaslian ayam gagak, dimana yang jantan atau betina mampu berkokok.
Ciri fisik, sebagaimana yang tercatat dalam rumpun ternak SDGH adalah memiliki warna bulu hitam dari kepala sampai ekor. Pun halnya dibagian kaki atau ceker, berwarna hitam, kekar, dengan kuku yang tajam. Dada dalam dan gagah, leher besar, kuat dan berotot. Jengger pial berwarna merah kehitaman, berbentuk jengger bilah (gergaji) bergerigi dan jika besar biasanya letaknya terkulai ke samping, kepala bulat dan sedikit lancip, muka sangar dan terlihat kejam.
Dari sisi produksi, produksi ayam gagak sama dengan ayam buras pada umumnya, yakni 110-130 butir/tahun dengan berat rata-rata 45-48 geram/butir, mulai bertelur pada umur 5 bulan (150 hari). Bobot ayam jantan dewasa bisa mencapai 2-3 kg sedangkan yang betina berkisar 1,5-2,5 kg.

Keunggulan Ayam
Seperti halnya jenis ternak lain yang memiliki keunikan dan keunggulan tertentu yang menjadi ciri khas, maka dalam hal ini Ayam Gaga bermodal suaranya memiliki berbagai keunggulan yang digolongkan ke dalam beberapa kategori, seperti Interval, frekuensi, jenis lagu dan tidak lupa harganya.

  1. Interval Suara (Garetek, Gaga, Do’do)
Ada tiga interval suara kokok ayam ini. Interval cepat disebut “Garetek,” interval lambat disebut “Gaga” dan suara mendayu-dayu disebut “Dodo.” Suara mendayu-dayu dengan interval panjang membuat nilai ayam ketawa semakin mahal.

  2. Frekuensi Suara (Kurang, Sedang dan Tinggi)
Ciri-ciri umum pada ayam gagak adalah dari suaranya. Suara kokok yang dihasilkan oleh ayam gagak cukup unik, mirip orang yang ketawa dan cukup panjang dengan frekuensi bunyi yang tinggi dibanding ayam kebanyakan, yakni bisa mencapai 40 kali dalam 10 menit.
Bukan hanya yang jantan, ayam gagak betina juga memiliki keunikan dengan kemampuannya ber-kokok, walaupun tidak sebaik yang jantan dan hal inilah yang membedakan keaslian ayam gagak, dimana yang jantan atau betina mampu berkokok.

  3. Jenis Suara (Dangdut, Slow)
Kenapa harus digelari ayam gagak dan kenapa bukan ayam ketawa ? Bagi masyarakat pencinta ayam gagak di luar Sulsel, sebagian besar belum bisa membedakan kriteria bunyi yang dimiliki ayam gagak ini, yang penting bunyi dan suaranya enak didengar, padahal di Sidrap ini, sejak dulu masyarakat pencinta ayam gagak sudah mampu membedakan dua kriteria bunyi tersebut yaitu, kategori dangdut dan kategori slow.
Kenapa harus diberikan kategori bunyi dangdut dan slow ? Karena kedua bunyi ayam gagak tersebut menyerupai suara atau irama dangdut dan slow. Kalau bunyi dangdut, suara ketukannya lebih sering, sedangkan untuk bunyi slow, suaranya agak lamban dan panjang.
Mana diantara dua kategori ini yang paling diminati ? Pada dasarnya, kedua kategori ayam tersebut masing-masing enak didengar dan komunitas pencintanya juga hampir sama, namun sejak beberapa tahun terakhir ini, kategori ayam gagak berirama slow peminatnya semakin besar dan harganyapun juga sedikit mahal.

  4. Harga
Seperti pengakuan salah seorang peternak ayam ketawa, H Zulkifli Sain. Warga Desa Passeno, Kecamatan Bintara, Sidrap ini mengatakan, bisnis ayam ketawa memiliki potensi yang luar biasa. Untuk ayam berusia tiga bulan saja, kata dia, harganya sudah bisa mencapai Rp 3 juta per ekor. Beda jika ayam ketawa unggulan atau sudah ikut kontes, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Ayam ketawa juga dianggap bisa membawa hoki bagi pemiliknya. Keberadaannya yang langka dan unik, membuatnya banyak diburu orang. Di sisi lain, ini tentu menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Harga satu ekor bisa berkisar antara Rp1,5 juta sampai Rp3 juta. Jika menjuarai lomba, harga ayam ini mencapai puluhan juta rupiah. Lomba ayam Ketawa bukan adu fisik seperti ayam umumnya, melainkan adu suara seperti burung.
Andri Siswantoro, salah seorang pebisnis ayam ketawa asal Gresik mengaku merasakan hoki setelah terjun ke bisnis jual-beli ayam ini. Baru menjajaki bisnis selama lima bulan, dia telah meraup untung puluhan juta rupiah. “Selama lima bulan, saya telah menjual 35 ekor mulai dari anakan hingga dewasa,” kata pria kelahiran tahun 1970 itu.
Untuk anakan usia dua bulan dia menjual Rp400 ribu, sedangkan dewasa mencapai Rp3 juta. Andri juga menjual ayam Ketawa sepasang, jantan dan betina seharga Rp3,5 juta. Dia mengaku kewalahan melayani pemburu ayam Ketawa, pencarinya banyak tapi ayamnya sedikit. Bahkan, Andri saat ini mengaku hanya mempunyai stok 13 ekor.
Selama ini, ayam ketawa yang digemari jenis Bakka yaitu ayam ketawa berwarna dasar putih mengkilap dengan dihiasi dasar hitam, oranye, merah dan kaki hitam atau putih. Dipercayai jenis Bakka mampu mengembangkan harta benda pemiliknya. Menurut Andri ayam ini termahal, sekitar Rp3 juta.

PERSILANGAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kecendrungan masyarakat yang kreatif, selalu ingin menciptakan hal-hal yang baru, salah satunya dengan menyilangkan ayam gagak dengan ayam jenis lain sehingga terlihat lebih unik. Sehingga tidak jarang kita temukan hasil penemuan tersebut sebagai spesies baru, seperti Ayam Gawa (Ayam Walik X Ayam Gagak), Ayam Kaga (Ayam Kate X Ayam Gagak), Ayam Baga (Ayam Bangkok X Ayam Gagak) dan masih banyak lagi yang lain.

PEMELIHARAAN
Pemeliharaan ayam gagak tergolong mudah, sama seperti ayam buras kebanyakan sehingga tidak sulit untuk dikembangbiakkan. Mulai dari pemilihan bibit, pakan, kandang adalah hal yang perlu diperhatikan.
(1) Bibit, Untuk menjamin suara yang bagus, maka pilihlah anakan yang berasal dari induk dan pejantan yang memiliki suara bagus, karena nantinya akan diturunkan pada anaknya. (2) Pakan, tidak ada yang membedakan dari ayam lain yakni diberi pakan + 80-100 gram/ekor/hari. Sebagai tambahan dapat diberi cacing dan seranggga seperti ulat atau jangkrik agar suaranya nyaring dan panjang, juga pakan konsentrat yang dapat dibeli dari poultry shop. (3) Kandang, hal yang paling penting harus diperhatikan adalah tenggeran atau tempat untuk bertengger ayam. Ayam gagak adalah golongan ayam yang suka bertengger, sehingga perlu disediakan lokasi atau tempat bertengger minimal 1 jam setiap pagi terik ayam ditenggerkan, hal ini bermanfaat sebagai exercise dan juga tentunya sebagai-mana kehidupan asli ayam tersebut, yaitu hutan.  

WASPADA FLU BURUNG
Sudah bukan lagi rahasia publik bahwa beternak ayam selalu dikaitkan dengan isu tentang bahaya flu burung (Avian Influenza). Bagaimana peternak menyikapi hal tersebut ? Jawabannya satu, waspadalah !!! flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, dan sama kita ketahui virus tidak ada obatnya selain vaksinasi. Vaksinasi dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada unggas, namun demikian tentunya sangat membebani bagi peternak-peternak kecil skala rumah tangga. Di samping karena masalah biaya, dampak dari aplikasi vaksinasi yang tidak tepat bisa berdampak pada kerusakan lingkungan akibat residu yang ditinggalkan. Bukankah penyakit, termasuk virus hanya menyerang ketika kondisi tubuh sedang kurang/lemah. Jadi upaya untuk meminimalisasi bahaya flu burung, tidak lain dan tak bukan adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh pada ayam.        
Khusus untuk peternak ayam gagak dapat memanfaatkan ramuan tradisional yang lebih ramah lingkungan tentunya. Hal yang dimaksud adalah dengan menambahkan jamu dalam air minum, yang dapat dibuat sendiri dari ramuan tanaman (Jawa: empon-empon). Temulawak, Temu Hitam, Jahe, Kunyit, Kencur, masing-masing 1 bagian ditambah Bawang Putih, digiling halus sampai rata. Ramuan tadi dapat diberikan pada air minum ayam 2 sdm/liter air minum setiap 2 hari sekali.
Pemberian jamu ini diharapkan dapat meningkatkan kekebalan tubuh ayam, dengan asumsi bahwa kekebalan tubuh dapat optimal ketika asupan nutrisi yang diperoleh juga cukup, dan salah satu yang bisa menghambat hal tersebut adalah keberadaan cacing dalam tubuhnya, yang bisa mencegah hal tersebut adalah kandungan bahan dalam jamu ternak, bahan yang dimaksud adalah Temulawak (Curcuma xanthrrhiza) dan Temuhitam (Curcuma aeroginosa), bahan-bahan ini dipercaya dapat memberantas cacing berbagai golongan cacing, seperti:  H. Contorcus, Ascaris suum, Ascaris lumbricoides, dan Trichurisa Trichuria. Selain khasiat di atas, kandungan pada Curcuma aeroginosa juga diyakini oleh sebagian orang bisa menagkal virus, termasuk virus flu burung. Tidak ada salahnya untuk di coba bukan!! Entah benar atau Cuma kebetulan, khasiat Temu Hitam ini sudah dibuktikan sendiri oleh penulis pada Kambing Perah di Nagrak-Sukabumi dan Ayam Gagak di Sidrap.  
Jadi untuk apa menghabiskan biaya banyak, toh ada yang lebih efisien dan tentunya lebih ramah lingkungan.   

PEMURNIAN
Untuk menjamin kemurnian ayam gagak, peran pemerintah sangat diperlukan termasuk di antaranya yang telah dilakukan adalah dengan mendaftarkannya sebagai SDGH Sulawesi Selatan. Tidak hanya sampai disitu, pemerintah perlu menjaga kemurnian ayam gagak agar kualitasnya tidak pudar. Untuk itu bukan tidak mungkin perlu diciptakan penangkaran khusus ayam gagak yang khusus membiakkan ayam gagak tanpa ada campuran dari spesies yang lain.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah adalah lalu lintas perdagangan ayam, selama kurun waktu 3 tahun terakhir perdangangan ayam gagak ke luar daerah cukup tinggi, tentunya ini cukup meng-untungkan bagi para peternak ayam gagak tetapi dilain pihak ini bisa menjadi bumerang bagi peternak lokal, karena persilangan yang tidak terkendali mengakibatkan kualitas ayam menurun, dan pada akhirnya akan menurun pula nilai/harga dari ayam ini.
Perhatian masyarakat Sidenreng Rappang tentunya juga menjadi penting, salah satunya dengan membentuk Asosiasi Pecinta Ayam Gagak Sidenreng Rappang atau melalui kelompok tani peternak ayam gagak Sidenreng Rappang. Sejauh ini, ada dua kelompok tani yang mewadahi peternak ayam gagak di Kabupaten Sidenreng Rappang, yakni Kelompok Tani Lestari, Desa Kanie, Kec. Marintengae dan Kelompok Tani Keren Irama, Desa Sidenreng, Kec. Watang Sidenreng. Walaupun demikian bukan berarti penangkaran hanya dilakukan di dua tempat tersebut, namun masih banyak lagi penagkaran-penangkaran yang lain dan tentunya belum tercatat. Bahkan,  menurut informasi sudah ada yang mencoba mengembangkan ayam gagak melalui metode Inseminasi Buatan (IB), bukankan ini cukup menjanjikan, tinggal bagaimana sekali lagi pemerintah untuk memfasilitasi hal ini.  
  
PEMASARAN
Sebelum munculnya isu flu burung di Kabupaten Sidrap, pemasaran ayam gagak terbilang sangat agresif. Pesaman dapat datang dari luar daerah bahkan telah banyak diantar pulaukan, baik ke jawa dan kalimantan. Sehingga peternak ayam gagak bisa menikmati hasil yang lumayan.  
Sekedar referensi untuk masalah harga, memang sedikit diluar nalar sebagian orang, untuk anak ayam (DOC) yang baru menetas sudah bisa dihargai Rp 50.000,- per ekor, artinya sekali mengeram (10-12 butir) peternak membandrol 500 ribu, jika sudah mulai bunyi harganya meningkat lagi mulai 200 ribu – 500 ribu per ekor. Demikian halnya jantan kualitas F1 bisa mencapai 2-5 jutaan, dan bahkan lebih jika menyandang predikat jawara, sedangkan untuk yang betina biasanya di kisaran 1-2 jutaan. Tunggu apalagi!! Jadikan si-Ketawa ini jadi koleksi di rumah Anda.
Pada akhirnya, sekali lagi kami sampaikan bahwa perlu kajian lebih mendalam tentang Ayam Gagak ini. Anda tertarik, segera berkunjung ke Kab. Sidenreng Rappang! Jika Anda tidak mampu untuk membawa pulang, minimal Anda bisa menikmati alunan suaranya. Salam, Djumadil Djalil, SST.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar